Musisi pintar yang tak ada duanya
Seperti lagunya Pink Floyd yang berjudul “we don’t need no education” (kita tak butuh pendidikan). Lagu ini mungkin sering terdengar di telinga pecinta musik. Karena sering dengar, mungkin ada juga orang yang kepikiran kalau jadi anak band gak perlu pendidikan. Memang tak sedikit ada orang yang meninggalkan pendidikannya demi karir bermusik. Musik adalah segalanya, kalau mau sukses jangan tanggung-tanggung. Karena memiliki pendidikan yang tinggi-tinggi pun tak banyak membantu para musisi. Toh ketika mereka ingin rekaman juga gak butuh ijazah kan?
Musik atau pendidikan, mana yang harus didahului?
Semakin kita menyadari arti hidup dan tujuan kita ada di bumi ini sepertinya kita memang harus mengambil keputusan yang penting. Antara memilih karir yang butuh ijazah dan karir yang tak butuh ijazah. Pilihan ini ada di tangan kita. Dan yang peling penting jangan sampai membuang-buang waktu hidup kita untuk mengejar sesuatu yang bukan passion kita. Namun apa itu artinya jadi anak band harus drop out atau gak kuliah sama sekali? No! Gak semuanya kayak gitu. Intinya setiap orang punya ketertarikan masing-masing dalam mendalami sesuatu.
Manusia berpikir dengan kecenderungan bagian otaknya. Ada yang condong ke otak kiri atau ke otak kanan. Tapi jangan salah, ada juga orang yang menggunakan kedua otaknya, yaitu jago main musik dan pinter di akademik. Antara dosen yang jago main instrumen atau musisi yang jadi dosen?
Dua-duanya sama-sama keren loh. Inilah para musisi pintar yang punya gelar akademik tersebut. Kalau ada yang sering dengar lagunya, mungkin kalian akan tambah kagum sama mereka.
1. Brian May, Queen
Siapa yang gak kenal sama gitaris senior ini. Brian May adalah gitaris asal Inggris yang juga merupakan member dari band fenomenal Queen. Setelah kematian Freddie Mercury di tahun 1991, Brian May masih sering tampil live bersama anggota Queen lain yang tersisa. Selain masih aktif di musik, Brian juga melanjutkan ketertarikannya yang lain pada dunia astrofisika.
Di tahun 1970an, Brian May pernah meninggalkan kuliah doktoralnya di Imperial College of London untuk menjalani kehidupan sebagai bintang rock. Namun akhirnya ia kembali menyelesaikan kuliahnya dan mendapat gelar PhD (gelar doktor) di tahun 2007.
Sejak saat ini, rocker yang empu-nya lagu “We Will Rock You” ini telah menulis 2 buku buku tentang kosmologi.
2. Milo Aukerman, Descendants
Descendants adalah grup bank punk rock yang paling kocak di planet bumi. Grup band ini memang tidak bercanda saat mereka menamai album pertama mereka dengan judul, Milo Goes To College (1982). Karena saat itu memang Milo Aukerman sedang masuk kuliah.
Milo membuat lirik punk rock tentang hal yang aneh-aneh. Namun meskipun kelihatan tak waras, Milo Aukerman mendapatkan gelar doktor dalam bidang biologi dari UC San Diego dan PhD dalam biokimia dari University of Wisconsin-Madison. Dua gelar sekaligus!
Selama bertahun-tahun, Milo memang bisa membagi waktunya antara musik dan belajar. Antara manggung sama Descendents dan saat bekerja sebagai profesor di University of Delaware dan peneliti tanaman dengan perusahaan kimia DuPont. Dua bidang yang digemarinya itu, punk rock dan biokimia, sepertinya tidak banyak memiliki kesamaan. Namun musisi pintar ini memang memiliki alasan lain untuk menyukai keduanya.
3. Dexter Holland, The offspring
Grup band asal Orange County, California ini memang terbilang unik kalua mau rilis album. The Offspring secara teratur melakukan tur namun mulai vakum dalam pembuatan album di pertengahan di akhir tahun 80an. Mungkin para penggemar yang tidak tahu berpikir kalau band ini kurang produktif namun kita gak tahu kalau di masa vakum itu vokalisnya, Dexter Holland sedang mengerjakan penelitian tentang HIV.
Pada bulan Mei 2017, Dexter Holland baru saja mendapatkan gelar PhD-nya dalam biologi molekuler dari University of Southern California (USC). Ia berhasil menyelesaikan disertasi 175 halaman berjudul penemuan urutan MicroRNA, bahasa awamnya ini adalah studi untuk prediksi infeksi virus HIV secara dini.
Dexter Holland juga pernah memberi tahu majalah Rolling Stone, kalau ia tertarik pada dinamika molekuler virus HIV. “Saya tertarik dengan virologi dan ingin berkontribusi sedikit demi sedikit terhadap pengetahuan yang telah dipelajari tentang HIV dan AIDS,” kata Dexter.
4. Jeff “Skunk” Baxter, The Doobie Brothers
Jeff baxter adalah musisi pintar yang juga cemerlang di bidang akademik. Meskipun tetap jadi gitaris, ia pernah mengambil kesempatan kedua secara tak terduga sebagai konsultan dalam sistem pertahanan rudal, yang kelihatannya dia memang joga dalam bidang itu.
Jeff “Skunk” Baxter menghabiskan sebagian besar tahun 1970an dan ’80 -an bermain gitar dengan tindakan seperti The Doobie Brothers, Steely Dan dan bersama Elton John. Sejak pertengahan 1990-an, Baxter memiliki pekerjaan kedua yang bekerja dengan Dewan Penasihat Kongres untuk Pertahanan Rudal dan konsultasi untuk General Atomics.
Tak hanya ingin update soal musik, Jeff juga menghargai keintahuannya dan melihat perkembangan teknologi seperti pertahanan rudal. Gitaris ini bisa dibilang orang yang mampu menggunakan dua otaknya dan mengaturnya dengan baik, ia adalah seorang gitaris dan seorang insinyur pensiunan yang telah mengerjakan program rudal Sidewinder Pentagon.
Jeff menghabiskan beberapa tahun berikutnya untuk melakukan penelitiannya sendiri dan mempelajari semua yang dia bisa tentang hardware yang dikembangkan untuk penggunaan rudal. Dia akhirnya akan mengajukan proposalnya sendiri tentang bagaimana memperbaiki sistem rudal Aegis berbasis kapal ke anggota dewan di California sisanya adalah sejarah.
5. Greg Graffin, Bad Religion
Selama lebih dari tiga dekade, Bad Religion telah memegang tempat sebagai salah satu band punk yang paling dihormati di genre ini. Vokalisnya, Greg Graffin adalah frontman-nya. Greg Graffin memang sudah terkenal tak hanya di dunia musik tapi di bidang akademik sekaligus. Lirik lagu Greg suka berisikan tentang kritik politik yang sering mendapat tempat di hati penggemarnya. Tapi musik bukanlah satu-satunya hasrat Greg Griffin.
Sejak 2008, Graffin telah membagi waktunya antara bermain musik dan sebagai dosen yang mengajar biologi evolusioner di beberapa universitas. Greg mendapatkan gelar PhD di bidang zoologi dari Universitas Cornell dan telah kembali ke kampusnya untuk menjadi dosen mata kuliah tersebut.
Rocker punk telah turut menulis tiga buku soal evolusi, agama dan mengajarkan kursus ilmu kehidupan di University of California Los Angeles. Seperti musisi lain yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan, Greg telah menemukan kesejajaran dalam keduanya. Orang yang dapat menggunakan kedua otaknya sekaligus.
6. Philip Taylor Kramer, Iron Butterfly
Philip Taylor Kramer adalah musisi cerdas yang juga misterius. Hidupnya adalah salah satu impian setiap orang yang penuh dengan keberhasilan luar biasa. Philip pertama kali memulai karirnya di awal tahun 1970an dengan bermain bass untuk band rock Iron Butterfly. Tak hanya satu band, dia kemudian bermain musik dengan band lain sampai awal 1980. Kemudian ia meninggalkan dunia musik dan menemukan kesuksesan di bidang teknik komputer.
Ayah Philip adalah musisi yang juga seorang profesor teknik elektro. Setelah berkarier di bidang musik, Philip mendirikan sebuah perusahaan sendiri yang menghasilkan product signifikan dalam sistem panduan rudal serta model rekonstruksi wajah dengan komputer, kalau jaman sekarang seperti face recognition. Bagaimana? mau kurang hebat apa coba rockstar sekaligus orang IT ini.
Namun sayangnya kehidupan Philip Kramer tak berakhir dengan bahagia. Philip Kramer secara misterius menghilang pada tahun 1995 setelah menghubungi istrinya dengan panik dari Bandara Internasional Los Angeles dan menyuruhnya untuk menemuinya di sebuah hotel.
Philip Kramer kemudian menelepon polisi dan mengatakan bahwa dia akan bunuh diri sebelum tiba-tiba menutup telepon. Semenjak saat itu, ia tak terdengar lagi suaranya sampai sebuah van miliknya ditemukan dengan habis terbakar di dasar jurang 4 tahun kemudian. Philip Kramer dicurigai bunuh diri, setidaknya itu yang diberitakan media-media, namun beberapa teman karibnya percaya kalau Philip tidak bunuh diri, melainkan ada permainan kotor yang menyertai hidupnya kala itu. Sampai saat ini pun kasus kematian Philip Kramer masih menjadi misteri.
7. John Perry Barlow, Grateful Dead
Untuk para Deadheads (nama fans dari band Grateful Dead) mungkin familiar dengan nama John Perry Barlow dari catatan liner album Grateful Dead. John Perry adalah co-writer sejumlah karya klasik Grateful dead seperti “Mexicali Blues” dan “Cassidy”. Disini John Perry mengambil peran penting dalam pembuatan lagu-lagu dari rock band lawas tersebut.
Tak hanya menjadi musisi pintar & professional yang handal, John Perry juga dikreditkan sebagai pelopor dalam revolusi digital, yang memimpin jalan untuk melestarikan dan melindungi kebebasan internet sebagai salah satu pendiri Electronic Frontier Foundation (eff.org). Sebuah perusahaan non-profit yang didirikan pada tahun 1990.
8. Tom Scholz, Boston
Salah satu nama dalam dunia musik yang seharusnya tak perlu dijelaskan lagi, Tom Scholz. ia dengan bandnya Boston memiliki salah satu album debut terlaris dalam sejarah musik dengan judul Boston (Self-titled) di tahun 1976 yang terjual 17 juta kopi. Hampir semua kesuksesan itu bisa dikaitkan dengan latar belakang gitaris Tom Scholz sebagai insinyur mesin.
Scholz telah menerima gelar sarjana di tahun 1969 dan master tahun 1970 di bidang teknik mesin dari Massachusetts Institute of Technology (MIT!). Kebanyakan orang mungkin berpikir, mereka yang lulusan teknik mesin dari MIT harusnya bekerja sesuai dengan jurusannya. Namun passion adalah passion, harga mati bagi sebagian orang. Saat itu dia bermimpi menjadi bintang rock n’ roll. Dari sinilah ia mulai memilih jalan kehidupan.
Untuk membayar tagihan, Tom Scholz mengambil pekerjaan sebagai insinyur desain produk senior di Polaroid. Gitaris dan insinyur muda itu menghabiskan uang jerih payahnya dan malam-malamnya demi membangun studio rekaman di bawah tanah dan mulai membuat musik untuk album debut Boston.
Semua proses ia lakukan seorang diri, DIY (Do it yourself), coba lihat, dengan keahliannya itu dia gak perlu bayar engineer untuk setup studionya. Dan untuk tahun 70an, proses DIY terutama dalam hal musik adalah sesuatu yang luar biasa yang tak pernah terpikirkan oleh siapapun.
Akhirnya setelah proses panjang dan berbagai penolakan dari perusahaan rekaman, hampir semua rekaman aslinya berhasil tembus dan sisanya adalah sejarah.
Sebagian kita mungkin gak sadar kalau para rockstar tersebut sering kita dengar lagunya. Karena kesuksesan musik bukanlah sebuah patokan kalau mereka harus berkarir di dunia tersebut selamanya. Sebagai manusia, kita tentu punya ketertarikan yang lain dengan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan gelar sarjana, master atau doktor dan kemudian bekerja di tempat lain. Tak harus melulu kuliah, dalam hidup ini kita pasti punya ketertarikan yang lain meskipun tanpa mengambil jalur akademik.